Sabtu, 21 November 2015



TUGAS PEMASARAN HASIL PERTANIAN
PEMETAAN SENTRA KOMODITI AREN



DISUSUN OLEH:
Fitriana Ayu Puspitasari                              4441131681
Ihsaniyah                                                       4441131065
Latifatul Asmal                                             4441131842
Siti Munawaroh                                            4441131610
Risna Dwi Setiawati                                      4441131069




JURUSAN AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
SERANG
2015

Di Provinsi Banten perkebunan aren tersebar di dua Kabupaten yaitu di Kabupaten Lebak (1.717 ha) dan Kabupaten Pandeglang (1.220 ha). Sentra perkembangan tanaman aren Provinsi Banten adalah di Kabupaten Lebak, yang terkonsentrasi di 6 kecamatan, yaitu : Kecamatan Cijaku, Muncung, Gunung Kencana, Bojong Manik, Leuwidamar dan Panggarangan. Salah satu bentuk produk yang banyak diusahakan oleh petani aren di Kabupaten Lebak adalah gula aren. Produksi gula aren di Kabupaten Lebak dari enam kecamatan sentra produksi sebesar 1.202,80 ton/tahun yang dihasilkan dari 24.615 pohon, sehingga setiap pohon aren diprediksi mampu menghasilkan 48,86 kg/pohon/tahun.
Sebagian besar produksi gula aren dari petani berupa gula cetak atau gula batok, dan hanya sebagian kecil berupa gula semut. Selama ini produksi gula semut dilakukan oleh industry pengolahan yang mengolah kembali gula cetak menjadi gula semut. Daerah sentra penghasil gula aren di Banten hamper seluruhnya terkonsentrasi di Kabupaten Lebak. Gula aren cetak dari sentra produksi mengalir ke pasar-pasar kecamatan terutama pasar Kupa (di Cijaku), pasar Cisiih dan Sukahaji (di Panggarangan), dan pasar Sareweh (di Bojong Manik). Gula aren cetak biasanya dibungkus dengan daun aren menjadi sebuah “torosan” (istilah setempat). Satu toros terdiri dari 25 buah aren cetak. Petani umumnya membawa 1-2 pikul setiap pecan pasar (hari sabtu). Satu pikul gula aren cetak di tingkat petani sekitar Rp.180.000 per pikul (berat 1 buah gula aren cetak sekitar 0,30 kg). jadi dalam 1 pikul beratnya mencapai 30 kg, dan harga gula aren di tingkat petani sekitar Rp.6.000 per kg (Rachman, 2007)
Lebih lanjut, dari kajian BPTP Banten (2005) dan Rachman (2007) dapat diungkapkan sebagai berikut: transaksi pembayaran antara petani dan pedagang pengumpul dilakukan secara tunai, dalam 1 minggu gula aren cetak diangkut petani ke pasar kupa berkisar 30.000-40.000 buah, sehingga volume perdagangan gula aren cetak di pasar kupa-Cijaku berkisar 9-12 ton per minggu. Pasar lainnya berkisar 6-8 ton. Para pedagang pengumpul (PP) I, selanjutnya menjual gula aren ke PP II (bandar) dengan harga Rp. 210.000per pikul (100 butir) atau sekitar Rp. 7.000 per kg.
Selanjutnya, PP II (bandar) menjual gula aren cetak ke pedagang besar (PB) dikota kabupaten. Harga jual gula aren cetak dari PP II ke PB sekitar Rp. 225.000 per pikul (100 buah) atau Rp. 7.500 per kg. para PB umumnya memiliki gudang penyimpanan gula aren. Gula aren dari pedagang besar dijual untuk pasaran local di Banten dan juga ke Jakarta. Marjin pemasaran tertinggi diperoleh PP II sebesar Rp. 1.100/kg, kemudian PP I (Rp800/kg), sementara PB dan industry pengolahan memperoleh marjin pemasaran masing-masing Rp. 650/kg dan Rp. 700/kg. pedagang pengumpul I dan PP II ada kalanya menjual gula aren cetak ke industry pengolahan gula semut. Marjin pengolahan yang diperoleh industry sebesar Rp. 660/kg.








 Selengkapnya alur pemasaran gula aren disajikan pada gambar berikut ini:


Industri pengolahan gula semut di Banten (2 industri)


Sabtu, 30 Mei 2015

Makalah Indikator Kesejahteraan Ekonomi dan Transformasi Sosial dalam Pembangunan Pertanian



INDIKATOR KESEJAHTERAAN EKONOMI DAN TRANSFORMASI SOSIAL
Makalah ini diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Pembangunan Pertanian




Disusun Oleh:
Eva Mulyanti              4441131814
Irfan                            4441131830
Latifatul Asmal           4441131842
Agribisnis 4B



JURUSAN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN
UNVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
2015

KATA PENGANTAR


Puji dan syukur dipanjatkan ke hadirat Allah S.W.T., yang telah memberikan berkat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul “Indikator Kesejahteraan Ekonomi dan Transformasi Sosial”.
            Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih pada berbagai sumber untuk bahan referensi penulis, yang telah membantu terselesaikannya makalah ini. Tanpanya akan sulit untuk menyelesaikan makalah ini.
            Penulis telah berusaha untuk menyempurnakan tulisan ini, namun sebagai manusia saya pun menyadari akan keterbatasan maupun kekhilafan dan kesalahan yang tidak disadari. Oleh karena itu, saran dan kritik yang konstruktif untuk perbaikan makalah ini akan sangat dinantikan.

Serang, 20 Mei 2015

Penulis










DAFTAR ISI










BAB I

PENDAHULUAN


1.1 Latar Belakang

Salah satu indikator keberhasilan pembangunan adalah semakin meningkatnya kesejahteraan penduduk daerah yang bersangkutan. Dengan semakin meningkatnya pemerataan kesejahteraan penduduk menyebabkan tingkat kemiskinan dan pengangguran dapat diminimalisir dari daerah yang bersangkutan.
Proses pemerataan kesejahteraan penduduk tentunya bukan perkara yang gampang mengingat sulitnya indikator-indikator yang harus dipenuhi agar kesejahteraan penduduk dapat tercapai.
Untuk menilai keberhasilan pembangunan, ada syarat yang diperlukan untuk mengukur atau menunjukkan tingkat keberhasilan pembangunan. Syarat itu harus dimulai dari tingkat pemahaman semua komponen terkait indikator-indikator/variabel-variabel pembangunan serta pengertian penerapan kebijakan dan hasil dari proses pelaksanaan kebijakan.
Pemahaman memadai tentang indikator pembangunan, menunjukan semakin terarah pelaksanaan pembangunan dan semakin tingginya responsif masyarakat dalam menyukseskan dan mencapai sasaran yang ditargetkan dari progres yang ada.
Terkait indikator yang digunakan untuk mengukur keberhasilan (pembangunan), dianggap perlu mendapatkan perhatian semua pihak terutama dari pihak pengambil keputusan.
Transformasi sosial dapat dilihat dari adanya pendistribusian kemakmuran melalui pendapatan dan pemerataan untuk memperoleh akses terhadap sumber daya sosial-ekonomi, seperti pendidikan, kesehatan, perumahan, air bersih, fasilitas rekreasi, dan  partisipasi dalam proses pembuatan keputusan politik. Transformasi budaya, biasa dikaitkan, antara lain, dengan  bangkitnya semangat kebangsaan dan nasionalisme, disamping  adanya perubahan nilai dan norma yang dianut masyarakat, seperti perubahan dari spiritualisme ke  materialisme/ sekularisme. Pergeseran dari penilaian yang tinggi kepada moralitas menjadi penilaian yang tinggi kepada penguasaan materi, dari kelembagaan tradisional menjadi organisasi modern dan rasional. Secara umum dapat dipahami bahwa pembangunan adalah perubahan sosial, sedangkan perubahan sosial tidak selalu identik dengan pembangunan. Dalam konteks ini, pembangunan adalah perubahan yang direncanakan, disengaja dan diinginkan untuk mencapai tujuan tertentu. 

1.2. Rumusan Masalah

1.      Apa saja indikator kesejahteraan ekonomi dan transformasi sosial.
2.      Apa saja ukuran dari keberhasilan pembangunan.
3.      Apa yang dimaksud dengan transformasi sosial dan kesejahteraan ekonomi.

1.3. Tujuan

1.      Mengetahui indikator kesejahteraan ekonomi dan transformasi sosial.
2.      Mengetahui ukuran keberhasilan pembangunan.
3.      Mengetahui transformasi sosial dalam pembangunan.









BAB II

PEMBAHASAN

2.1.     Definisi Pembangunan

Pembangunan pada dasarnya adalah suatu orientasi dan kegiatan usaha yang tanpa akhir. Artinya juga bisa dikatakan bahwa pembangunan itu sebagai “never ending goal”. Pembangunan harus dilakukan terus menerus agar kekurangan yang dimiliki suatu daerah dapat tertutupi oleh pesatnya pembangunan yang berjalan.
Proses pembangunan, merupakan suatu perubahan sosial budaya. Pembangunan agar menjadi suatu proses yang dapat bergerak maju atas kekuatan sendiri tergantung kepada manusia dan struktur sosialnya. Jadi bukan hanya yang dikonsepsikan sebagai usaha untuk mengejar pertumbuhan ekonomi belaka. Pembangunan tergantung dari suatu innerwill, proses emansipasi diri dan suatu partisipasi kreatif dari semua kalangan menuju pada pembaharuan segala aspek.
Setiap orang bisa saja mengartikan istilah pembangunan secara berbeda sesuai dengan selera masing-masing, sehingga pada akhirnya definisi tentang pembangunan pun sedemikian banyak dan berbeda satu sama lain. Oleh karena itu, kita perlu memastikan terlebih dahulu perspektif inti atas makna dasar pembangunan. Tanpa adanya suatu perspektif dan kriteria yang dapat disepakati bersama, kita tidak akan bisa mengetahui mana saja yang telah mengalami pembangunan dan mana yang tidak.
Hal ini dimaksudkan agar terdapat satu persepsi yang sama terhadap sesuatu yang kalau dalam bahasa penelitian ilmiah harus valid dan reliabel. Intinya, indikator diperlukan agar kita bisa mengukur kejelasan dari pembangunan itu dan terarah sesuai dengan persepsi yang dianut, kemudian itu menjadi sistem dan sistem menjadi instrumen kunci dalam pembangunan.
Pembangunan harus dipandang sebagai suatu proses multidimensional yang mencakup berbagai perubahan mendasar, struktur sosial, sikap-sikap masyarakat, dan institusi-institusi sosial, disamping tetap mengejar akselerasi pertumbuhan ekonomi, penanganan ketimpangan pendapatan serta pengentasan kemiskinan. Pada hakekatnya, pembangunan itu harus mencerminkan terjadinya perubahan secara total suatu masyarakat atau penyesuaian system sosial secara keseluruhan, tanpa mengabaikan keragaman kebutuhan dasar dan keinginan individual maupun kelompok-kelompok sosial yang ada didalamnya, untuk bergerak maju menuju suatu kondisi kehidupan yang serba lebih baik.
Pada umumnya dari draf konsep yang disajikan atau dari kebijakan-kebijakan daerah yang diteliti, Pembangunan daerah dipusatkan pada pembangunan ekonomi melalui usaha pertumbuhan ekonomi daerah belaka. Oleh karena itu, tidak salah jika paradigma tradisional mengenai pola pembangunan cenderung mengidentikkan pembangunan dengan pertumbuhan ekonomi, lupa akan identitas sosial serta struktur-struktur yang telah terbangun selama ini. Jauh sebelum bangsa ini merdeka, leluhur kita sudah hidup dan bisa makan serta kehidupan mereka tidak ditopang oleh suatu kualifikasi pendidikan yang tinggi dan merata. Artinya, tatatan kehidupan masyarakat kita sudah memiliki sumber daya baik manusia maupun alam tanpa harus dimusnahkan tapi konsep pemberdayaan yang perlu dikembangkan.
Olehnya itu, pembangunan ekonomi yang dimaksud adalah mengembangkan/ memberdayakan sumber daya yang telah ada dalam sebuah institusi masyarakat, bukan melepaskan sturktur-struktur sosial yang telah ada dengan alasan karena kita membangun, toh akhirnya yang dituju adalah proses peningkatan output jangka panjang dari warga yang kita bangun dengan varian pola dan kebijakan daerah. Yang dimaksud dengan proses adalah berlangsungnya kekuatan-kekuatan tertentu yang saling berkaitan dan mempengaruhi, antara pemerintah dan rakyat atau antar kekuatan didalam masyarakat itu sendiri.
Dengan demikian ekonomi pembangunan yang lebih pada memacu pertumbuhan ekonomi, hendaknya diikuti dengan proses perubahan non ekonomis didalamnya (growth plus change) misalnya titik orentasi kita adalah pada perubahan struktur ekonomi; dari pertanian ke industri atau jasa, atau perubahan kelembagaan atau reformasi kelembagaan, tapi juga harus memberikan perhatian besar kepada formulasi kebijakan publik yang sebaik-baiknya demi menghadirkan serangkaian transformasi ekonomi, sosial, dan institusional yang sekiranya dapat berdampak positif terhadap kondisi masyarakat secara keseluruhan.
Olehnya itu proses pembangunan yang menuju pada perubahan mendasar dilaksanakan tidak dilakukan hanya secepat membalik telapak tangan, tetapi dimulai dari proses yang panjang dan lama sesuai tahapan; jangka pendek (1tahun), jangka menengah (5tahun) dan jangka panjang (25tahun).
Orentasi mengejar pertumbuhan ekonomi dengan penekanan pada pendapatan daerah riil (GNP pada tingkat harga konstan) sekalipun meningkat pada catatan statistik tapi terkadang tidak diikuti dengan perbaikan kualitas hidup masyarakat atau bahkan kualitas hidup masyarakat justru menurun. Catatan negatifnya adalah, jika pertumbuhan penduduk melebihi atau sama dengan pertumbuhan pendapatan daerah rata-rata maka pendapatan perkapita bisa menurun atau tidak mengalami perubahan sama sekali, tidak bisa dikatakan naik.

2.2 Definisi Kesejahteraan Ekonomi dan Transformasi Sosial

Setiap orang memiliki keinginan untuk sejahtera, suatu keadaan yang serba baik, atau suatu kondisi dimana orang-orangnya dalam keadaan makmur, dalam keadaan sehat dan damai (id.wikipedia.org). Lebih lengkapnya, Kementrian Koordinator Kesejahteraan Rakyat memberi pengertian sejahtera yaitu suatu kondisi masyarakat yang telah terpenuhi kebutuhan dasarnya. Kebutuhan dasar tersebut berupa kecukupan dan mutu pangan, sandang, papan, kesehatan, pendidikan, lapangan pekerjaan, dan kebutuhan lainnya seperti lingkungan bersih, aman, dan nyaman. Walaupun sulit diberi pengertian, namun kesejahteraan memiliki beberapa kata kunci, yaitu terpenuhinya kebutuhan dasar, makmur, sehat, damai dan selamat, beriman dan bertakwa. Unutk mencapai kesejahteraan itu manusia melakukan berbagai macam usaha misalnya bidang pertanian, perdagangan, pendidikan, kesehatan serta keagamaan, pertahanan keamanan dsb.
Kesejahteraan juga bisa dibedakan menjadi lahiriyah/fisik dan batiniyah. Kesejahteraan yang bersifat lahir yang biasa dikenal dengan kesejahteraan ekonomi lebih mudah diukur daripada kesejahteraan batin. Ukuran kesejahteraan ekonomi inipun bisa dilihat dari dua sisi, yaitu konsumsi dan produksi (skala usaha).  Dari sisi konsumsi maka kesejahteraan bisa diukur dengan cara menghitung seberapa besar pengeluaran yang dilakukan seseorang atau sebuah keluarga untuk sandang, pangan, papan serta kebutuhan lainnya dalam waktu atau periode tertentu. Dengan parameter kesejahteraan seperti itu, kita bisa mengukur diri kita, saudara kita dan masyarakat disekitar kita. Walaupun tidak mutlak benar. Ukuran ukuran ini bisa membantu mengukur tingkat keberhasilan kerja pemerintah perusahaan dan sebagainya.
Sedangkan Transformasi  Sosial diartikan sebagai sebuah pendekatan sistem yang diaplikasikan pada perubahan sosial skala luas dan upaya-upaya peradilan sosial untuk menganalisis perubahan revolusioner politis, budaya  sosial  dan  ekonomi  sosial.  Dalam  upaya  mengintegrasikan  dan  mempolitisasi pembangunan individu dan pembangunan sosial sebagai pendekatan komprehensif menuju perubahan sosial dalam berbagai tingkatan, untuk mengatasi beragam isu dengan metode holistik  dan  tanpa  kekerasan,  maka  transformasi  sosial  dapat  diklasifikasikan  sebagai pergerakan sosial baru. Transformasi sosial ini tidak difokuskan pada merespon beragam isu yang beredar di lingkungan masyarakat, namun pada upaya untuk memberikan   pengaruh pada pergerakan sosial tersebut dan kegiatan yang ada didalamnya. Namun demikian, dengan memperhatikan pemisahan dan pembebasan dari sistem-sistem yang sifatnya menekan dan merugikan termasuk di dalamnya merugikan perekonomian, sebagai inti dari tujuan akhir transformasi  sosial  tersebut,  maka  transformasi  sosial  ini  bertentangan  dengan  berbagai macam  definisi  yang  meninggikan  derajat  pergerakan  sosial  baru.  Sebagai  pendekatan komprehensif terhadap perubahan sosial yang berkembang, transformasi sosial membedakan eksistensinya dari perubahan sosial konvensional biasa, keadilan sosial dan praktik-praktik keorganisasian   lainnya   melalui   pemberian   penekanan   pada   perubahan   yang   sifatnya individual, kelembagaan, dan sistemik sosial yang tidak dapat dilakukan, atau lebih dikenal dengan istilah “perubahan mendalam.”

2.3  Indikator Kesejahteraan Ekonomi dan Transformasi Sosial

Ada beberapa indikator dalam berbagai dimensi  pembangunan yang dapat diklasifikasikan menjadi indikator ekonomi, kesejahteraan sosial dan partisipasi politik atau demokratisasi. Sejumlah indikator ekonomi yang banyak digunakan oleh lembaga-lembaga internasional antara lain pendapatan per kapita (GNP atau PDB) dan jumlah tabungan, sebagai indikator pertumbuhan. Struktur perekonomian dan tingkat urbanisasi, sebagai indikator diferensiasi sosial-ekonomi. Sedangkan indikator progress, antara lain, dapat dilihat dalam tingkat pendidikan dan kesehatan. Masing-masing indikator ini dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Pendapatan Perkapita
Pendapatan per kapita, baik dalam ukuran GNP maupun PDB merupakan salah satu indikator makroekonomi yang telah lama digunakan untuk mengukur pertumbuhan ekonomi. Dalam perspektif makroekonomi, indikator ini dapat menggambarkan kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat dan merupakan bagian kesejahteraan manusia yang dapat diukur. Pendapatan juga dapat digunakan sebagai data kegiatan ekonomi, terutama dalam kaitannya dengan produksi barang dan jasa oleh masyarakat dalam suatu periode tertentu. Selama ini, peningkatan dalam pendapatan nasional telah menjadi fokus dari pengukuran pembangunan. Badan-badan internasional, seperti Bank Dunia dan Dana Moneter Internasional telah menggunakannya untuk melihat dan membandingkan kinerja perekonomian  negara-negara di seluruh dunia. Tampaknya, pendapatan per kapita telah menjadi indikator makroekonomi yang tidak bisa diabaikan, walaupun memiliki beberapa kelemahan. Sehingga  pertumbuhan pendapatan nasional, selama ini, telah dijadikan tujuan pembangunan di negara-negara dunia ketiga. Seolah-olah ada asumsi bahwa kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat secara otomatis ditunjukkan oleh adanya peningkatan pendapatan nasional (pertumbuhan ekonomi).
Walaupun demikian, beberapa pakar mengganggap, bahwa penggunaan indikator ini sebagai tujuan pembangunan telah mengabaikan pola distribusi  pendapatan nasional. Dengan kata lain, indikator ini tidak mengukur distribusi pendapatan  dan pemerataan  kesejahteraan, termasuk pemerataan akses terhadap sumber daya ekonomi. Indikator ini tidak dapat menjelaskan situasi ketimpangan  pendapatan dalam sebuah masyarakat atau bangsa. Sebagai indikator pemerataan, Bank Dunia menggunakan ukuran 20 persen dari penduduk lapisan paling atas yang dapat menikmati pendapatan nasional, dibandingkan dengan  20 persen penduduk pada lapisan terbawah. Struktur pendapatan masyarakat dapat juga diklasifikasikan menjadi tiga kolompok, yaitu 40 persen tingkat bawah, 40 persen tingkat menengah dan 20 persen tingkat atas. Ketimpangan pendapatan, misalnya,  bisa dilihat pada angka 20 persen kelompok atas yang menguasai 73.5 persen pendapatan nasioanal seperti terjadi di Equador pada 1970. Sebaliknya, indikasi pemerataan tampak lebih baik di Amerika Serikat, dimana 38,8 persen pendapatan nasional disumbangkan oleh 20 persen kelompok masyarakat tingkat atas, pada tahun yang sama. Besarnya kelas menengah juga bisa dilihat dari penguasaan kelas ini terhadap pendapatan nasional. Misalnya, di Amerika Serikat 41,5 persen (1970) dan Inggris 42,2 persen (1968). Pada umumnya, ketimpangan pendapatan yang cukup tajam lebih banyak ditemukan di negara-negara miskin. 
Indeks ini juga digunakan untuk mengukur distribusi pendapatan dalam sebuah negara/masyarakat. Penggunaan index dan ukuran pemerataan kesejahteraan perlu dipertimbangkan, karena menurut para ahli, pada awal terjadinya pertumbuhan ekonomi di negara-negara miskin, tidak akan memperbaiki status kaum miskin. Pada tahap awal pembangunan, yang akan memperoleh keuntungan  dan menikmati hasil-hasilnya adalah mereka yang berada dalam kelompok berpenghasilan  tinggi dan menengah. Sedangkan mereka yang di dalam kelompok berpenghasilan rendah akan tetap tertinggal sampai pada tahap pembangunan tertentu dalam waktu yang cukup lama.
b. Struktur Ekonomi
Telah menjadi asumsi bahwa peningkatan pendapatan per kapita akan mencerminkan transformasi struktural dalam bidang ekonomi dan kelas-kelas sosial. Dengan adanya perkembangan ekonomi dan peningkatan pendapatan per kapita, kontribusi sektor manufaktur/industri dan jasa terhadap pendapatan nasional akan meningkat terus. Perkembangan sektor industri dan perbaikan tingkat upah akan meningkatkan permintaan atas barang-barang industri, yang akan diikuti oleh perkembangan investasi dan perluasan penyerapan angkatan kerja.  Di lain pihak, kontribisi sektor pertanian terhadap pendapatan nasional akan semakin  menurun. Angkatan  kerja sektoral juga akan mengalami transformasi sesuai dengan perkembangan industrialisasi. Pada tahap awal pembangunan, proporsi terbesar angkatan kerja adalah di sektor pertanian, kemudian diikuti oleh sektor-sektor industri/manufaktur dan jasa. Pada tahap berikutnya, angakatan kerja akan terkonsentrasi di sektor industri. Terjadinya proses industrialisasi dapat dilihat dari perubahan yang dialami oleh tiga sektor utama ekonomi, yaitu sektor primer (pertanian), sekunder (industri) dan tersier (jasa). Sebuah negara bisa dikatakan negara industri apabila proporsi sektor primer di dalam pendapatan nasional kurang dari 15 persen dan proporsi angkatan kerja di sektor ini tidak lebih dari 20 persen. Sedangkan proporsi penduduk perkotaan (urban) diatas 60 persen. 
c. Urbanisasi
Urbanisasi dapat diartikan sebagai meningkatnya proporsi penduduk yang bermukim di wilayah perkotaan dibandingkan dengan di pedesaan. Urbanisasi dikatakan tidak terjadi, apabila pertumbuhan penduduk di wilayah urban sama dengan nol. Sesuai dengan pengalaman industrialisasi di negara-negara  Eropa  Barat dan Amerika Utara, maka proporsi penduduk di wilayah urban berbanding lurus dengan proses industrialisasi. Ini berarti bahwa kecepatan urbanisasi akan semakin tinggi sesuai dengan cepatnya proses industrialisasi. Di negara-negara industri, sebagian besar penduduk tinggal di wilayah perkotaan; sedangkan di negara-negara yang sedang berkembang proporsi terbesar tinggal di wilayah pedesaan. Berdasarkan kepada fenomena ini, maka urbanisasi telah digunakan sebagai salah satu indikator pembangunan.
Negara-negara dengan tingkat urbanisasi yang tinggi akan memiliki pertumbuhan yang rendah. Sedangkan negara-negara dengan tingkat urbanisasi yang masih rendah, biasanya memiliki tingkat pertumbuhan yang lebih tinggi. Misalnya, pertumbuhan penduduk urban di Amerika Serikat dan Inggris, dengan tingkat urbanisasi yang telah mencapai 77 dan 89 persen, lebih rendah dari yang terjadi di negara-negara dunia ketiga. Secara demografis, pertumbuhan penduduk wilayah urban, bisa disebabkan oleh beberapa faktor. Antara lain perpindahan penduduk desa ke kota, angka kelahiran yang lebih tinggi dan angka kematian yang lebih rendah dari pada di desa,  sehingga pertumbuhan alami menjadi lebih besar. Peristiwa migrasi masyarakat desa ke kota karena industrialisasi dapat memberikan kontribusi yang cukup berarti terhadap tingginya angka urbanisasi.     
c. Angka Tabungan
Perkembangan  sektor manufaktur/industri selama tahap industrialisasi memerlukan investasi dan modal. Financial capital merupakan faktor utama dalam proses industrialisasi dalam sebuah masyarakat, sebagaimana terjadi di  Inggris dan Eropa pada umumnya pada awal pertumbuhan kapitalisme yang disusul oleh revolusi industri. Dalam masyarakat yang memiliki produktifitas yang tinggi, modal usaha ini dapat dihimpun melalui tabungan, baik swasta maupun pemerintah. Sejarah perkembangan ekonomi di Eropa menunjukkan bahwa sektor primer telah berhasil menciptakan surplus yang merupakann awal dari proses pembentukan modal (capital formation). Investasi, baik untuk industrialisasi maupun perdaganagan bisa didukung oleh ketersediaan modal yang dibentuk oleh surplus dan tabungan masyarakat.   Dengan demikian, jumlah tabungan  masyarakat (domestic saving) dapat dijadikan salah satu indikator pembangunan. Misalnya, angka tabungan di Indonesia selama periode 1989-1993 adalah 23,9 persen dari PDB.
d. Indeks Kualitas Hidup (IKH)
IKH atau Physical Quality of Life Index (PQLI) digunakan untuk mengukur kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat. Indeks ini dibuat karena  apabila hanya indikator makroekonomi digunakan dalam mengukur keberhasilan ekonomi, maka ia tidak dapat memberikan gambaran tentang kesejahteraan masyarakat. Misalnya, pendapatan nasional sebuah bangsa dapat  tumbuh terus, tetapi tanpa diikuti oleh peningkatan kesejahteraan sosial. Indeks ini dihitung berdasarkan  kepada (1) angka rata-rata harapan hidup pada umur satu tahun, (2) angka kematian bayi, dan (3) angka melek huruf. Dalam indeks ini, angka rata-rata harapan hidup dan kematian bayi akan dapat menggambarkan status gizi anak dan ibu, derajat kesehatan, dan lingkungan  keluarga yang langsung berasosiasi denga kesejahteraan keluarga. Pendidikan yang diukur dengan angka melek huruf, dapat menggambarkan jumlah orang yang  memperoleh akses pendidikan sebagai hasil pembangunan. Seperti dikemukakan diatas, variabel ini menggambarkan kesejahteraan masyarakat, karena tingginya status ekonomi keluarga akan mempengaruhi status pendidikan para anggotanya. Oleh para pembuatnya, index  ini dianggap sebagai yang paling baik untuk mengukur kualitas manusia sebagai hasil dari  pembangunan, disamping pendapatan per kapita sebagai ukuran kuantitas manusia.
e. Indeks Pembangunan Manusia (Human Development Index)
The United Nations Development Program (UNDP) telah membuat indikator pembangunan yang lain, sebagai tambahan untuk beberapa indikator yang telah ada. Ide dasar yang melandasi dibuatnya index ini adalah pentingnya  memperhatikan kualitas sumber daya manusia. Menurut UNDP, pembangunan hendaknya ditujukan kepada pengembangan sumber daya manusia. Dalam pemahaman ini, pembangunan dapat diartikan sebagai sebuah proses yang bertujuan untuk mengembangkan pilihan-pilihan yang dapat dilakukan oleh manusia. Hal ini didasarkan kepada asumsi bahwa peningkatan kualitas sumber daya manusia akan diikuti oleh terbukanya berbagai pilihan dan peluang untuk  menentukan jalan hidup manusia secara bebas. Pertumbuhan ekonomi dianggap sebagai faktor penting di dalam kehidupan manusia, tetapi tidak secara otomatis akan mempengaruhi peningkatan martabat dan harkat manusia. Dalam hubungan ini, ada tiga komponen yang dianggap sangat menentukan dalam pembangunan yaitu umur panjang dan sehat, perolehan dan  pengembangan pengetahuan, dan peningkatan terhadap akses untuk kehidupan yang lebih baik. Index ini dibuat dengan mengkombinasikan tiga  komponen, yaitu :
(1) rata-rata harapan hidup pada saat lahir,
(2) rata-rata pencapaian pendidikan tingkat SD, SMP, dan SMU, dan
(3) pendapatan per kapita yang dihitung berdasarkan Purchasing Power Parity.
Pengembangan manusia berkaitan erat dengan peningkatan kapabilitas manusia yang dapat dirangkum dalam peningkatan Knowledge, Attitude dan Skills, disamping derajat kesehatan seluruh anggota keluarga dan lingkungannya.

2.4 Ukuran Keberhasilan Pembangunan

Di Indonesia, beberapa jenis ukuran keberhasilan pembangunan yang banyak digunakan adalah:
1)      Berdasarkan pendapatan dan nilai produksi, seperti: PDB, pertumbuhan ekonomi, pendapatan perkapita, dan distribusi pendapatan.
2)      Berdasarkan investasi: tingkat investasi, jumlah PMA (Penanaman Modal Asing) dan PMDN (Penanaman Modal Dalam Negeri), dan jumlah FDI (Foreign Direct Investment) yaitu investasi langsung oleh pihak asing.
3)      Berdasarkan kemiskinan dan pengentasannya: jumlah penduduk miskin, garis kemiskinan Sayogyo yang diadopsi oleh BPS (setara beras 320 kg di desa dan 480 di kota), tingkat kecukupan pangan (2100 kilokalori intake), tingkat kecukupan 52 jenis komoditas pangan, tingkat pemenuhan kebutuhan dasar sembilan bahan pokok (BPN), Poverty Gap dan Severity Index, serta metode RAO (16 kg beras dikali 1,25 kemudian dibagi dengan rata-rata rasio pangan terhadap pengeluaran total).
4)      Berdasarkan keadaan sosial kemasyarakatan dan kelestarian lingkungan: tingkat pendidikan (untuk berbagai level dan kombinasinya), tingkat kesehatan (meliputi kesehatan ibu dan anak dan akses kepada fasilitas hidup yang sehat), tingkat dan kualitas lingkungan (meliputi tingkat pencemaran berbagai aspek, tingkat keruasakan hutan, tingkat degradasi lahan dan seterusnya.






BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Proses pembangunan, merupakan suatu perubahan sosial budaya. Pembangunan agar menjadi suatu proses yang dapat bergerak maju atas kekuatan sendiri tergantung kepada manusia dan struktur sosialnya. Jadi bukan hanya yang dikonsepsikan sebagai usaha untuk mengejar pertumbuhan ekonomi belaka. Pembangunan tergantung dari suatu innerwill, proses emansipasi diri dan suatu partisipasi kreatif dari semua kalangan menuju pada pembaharuan segala aspek.
Indikator keberhasilan pembangunan adalah semakin meningkatnya kesejahteraan penduduk daerah yang bersangkutan. Dengan semakin meningkatnya pemerataan kesejahteraan penduduk menyebabkan tingkat kemiskinan dan pengangguran dapat diminimalisir dari daerah yang bersangkutan.
Pembangunan ekonomi adalah mengembangkan/ memberdayakan sumber daya yang telah ada dalam sebuah institusi masyarakat, bukan melepaskan sturktur-struktur sosial yang telah ada dengan alasan karena kita membangun, dan pada akhirnya yang dituju adalah proses peningkatan output jangka panjang dari warga yang kita bangun dengan varian pola dan kebijakan daerah
Ukuran kesejahteraan ekonomi inipun bisa dilihat dari dua sisi, yaitu konsumsi dan produksi (skala usaha).  Dari sisi konsumsi maka kesejahteraan bisa diukur dengan cara menghitung seberapa besar pengeluaran yang dilakukan seseorang atau sebuah keluarga untuk sandang, pangan, papan serta kebutuhan lainnya dalam waktu atau periode tertentu
Transformasi  Sosial diartikan sebagai sebuah pendekatan sistem yang diaplikasikan pada perubahan sosial skala luas dan upaya-upaya peradilan sosial untuk menganalisis perubahan revolusioner politis, budaya  sosial  dan  ekonomi  sosial.
Sejumlah indikator ekonomi yang banyak digunakan oleh lembaga-lembaga internasional antara lain pendapatan per kapita (GNP atau PDB) dan jumlah tabungan, sebagai indikator pertumbuhan. Struktur perekonomian dan tingkat urbanisasi, sebagai indikator diferensiasi sosial-ekonomi. Sedangkan indikator progress, antara lain, dapat dilihat dalam tingkat pendidikan dan kesehatan.

3.2 Saran

Penulis menyarankan apabila Negara ingin membangun kesejahteraan ekonomiyang lebih baik  maka Negara harus mampu memilih strategi yang tepat dan sesuai dengan situasi dan kondisi Negara yang bersangkutan. Sehingga nantinya Tranformasi Sosial dapat dikatakan baik atau berhasil dalam upaya pembangunan berkelanjutan. Jangan sampai pemilihan strategi yang dipilih malah menimbulkan dampak negative





















DAFTAR PUSTAKA


http://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=11&cad=rja&uact=8&ved=0CBoQFjAAOAo&url=http%3A%2F%2Fpse.litbang.pertanian.
http://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=12&cad=rja&uact=8&ved=0CCEQFjABOAo&url=http%3A%2F%2Fstaff.uny.ac.id%2Fsites%2Fdefault%2Ffiles%2Fpendidikan%2FMustofa%2C%2520S.Pd.%2CM.Sc.%2FMATERI%2520EKONOMIKA%2520PEMBANGUNAN.pdf&ei=prRUVZG1OtSXuATr24OIBQ&usg=AFQjCNGTavr5AJAkUPUEMZFpu5YJjQ9Bbg&bvm=bv.93112503,d.c2E
http://journal.ui.ac.id/index.php/jsm/article/view/3735/2974
http://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=22&cad=rja&uact=8&ved=0CCIQFjABOBQ&url=http%3A%2F%2Fdigilib.upi.edu%2Fadministrator%2Ffulltext%2Fd_ips_9233088_tjahya_supriatna_chapter2a.pdf&ei=9bRUVfeKOdSGuATe4GwBw&usg=AFQjCNGTgmO0dkHrsa7NHSjDnLn5SPIA4Q&bvm=bv.93112503,d.c2E
http://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=23&cad=rja&uact=8&ved=0CCcQFjACOBQ&url=http%3A%2F%2Fwww.bppk.depkeu.go.id%2Fbdpimmagelang%2Fimages%2Funduh%2Fkonsep%2520da%2520ikdikator%2520pembangunan.ppt&ei=9bRUVfeKOdSGuATe4GwBw&usg=AFQjCNElGIEtqEcGzl6AHfPAAhCANSjeMA&bvm=bv.93112503,d.c2E
http://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=24&cad=rja&uact=8&ved=0CC0QFjADOBQ&url=http%3A%2F%2Fwww.conservation.org%2Fglobal%2Findonesia%2Ftentang%2FDocuments%2Fmasyarakat_madani.pdf&ei=9bRUVfeKOdSGuATe4GwBw&usg=AFQjCNHpclcBL0kpimtmU-zuCL8IJ1BFsQ&bvm=bv.93112503,d.c2E