INDIKATOR
KESEJAHTERAAN EKONOMI DAN TRANSFORMASI SOSIAL
Makalah
ini diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Pembangunan Pertanian
Disusun
Oleh:
Eva
Mulyanti 4441131814
Irfan
4441131830
Latifatul
Asmal 4441131842
Agribisnis
4B
JURUSAN AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNVERSITAS SULTAN AGENG
TIRTAYASA
2015
Puji dan syukur dipanjatkan ke hadirat
Allah S.W.T., yang telah memberikan berkat dan hidayah-Nya sehingga penulis
dapat menyelesaikan makalah dengan judul “Indikator Kesejahteraan Ekonomi dan
Transformasi Sosial”.
Pada kesempatan ini penulis
mengucapkan terima kasih pada berbagai sumber untuk bahan referensi penulis,
yang telah membantu terselesaikannya makalah ini. Tanpanya akan sulit untuk
menyelesaikan makalah ini.
Penulis telah berusaha untuk
menyempurnakan tulisan ini, namun sebagai manusia saya pun menyadari akan
keterbatasan maupun kekhilafan dan kesalahan yang tidak disadari. Oleh karena
itu, saran dan kritik yang konstruktif untuk perbaikan makalah ini akan sangat
dinantikan.
Serang, 20 Mei 2015
Penulis
Salah
satu indikator keberhasilan pembangunan adalah semakin meningkatnya
kesejahteraan penduduk daerah yang bersangkutan. Dengan semakin meningkatnya
pemerataan kesejahteraan penduduk menyebabkan tingkat kemiskinan dan
pengangguran dapat diminimalisir dari daerah yang bersangkutan.
Proses
pemerataan kesejahteraan penduduk tentunya bukan perkara yang gampang mengingat
sulitnya indikator-indikator yang harus dipenuhi agar kesejahteraan penduduk
dapat tercapai.
Untuk
menilai keberhasilan pembangunan, ada syarat yang diperlukan untuk mengukur
atau menunjukkan tingkat keberhasilan pembangunan. Syarat itu harus dimulai
dari tingkat pemahaman semua komponen terkait
indikator-indikator/variabel-variabel pembangunan serta pengertian penerapan
kebijakan dan hasil dari proses pelaksanaan kebijakan.
Pemahaman
memadai tentang indikator pembangunan, menunjukan semakin terarah pelaksanaan
pembangunan dan semakin tingginya responsif masyarakat dalam menyukseskan dan
mencapai sasaran yang ditargetkan dari progres yang ada.
Terkait
indikator yang digunakan untuk mengukur keberhasilan (pembangunan), dianggap
perlu mendapatkan perhatian semua pihak terutama dari pihak pengambil
keputusan.
Transformasi sosial dapat dilihat dari adanya
pendistribusian kemakmuran melalui pendapatan dan pemerataan untuk memperoleh
akses terhadap sumber daya sosial-ekonomi, seperti pendidikan, kesehatan,
perumahan, air bersih, fasilitas rekreasi, dan partisipasi dalam proses
pembuatan keputusan politik. Transformasi budaya, biasa dikaitkan, antara lain,
dengan bangkitnya semangat kebangsaan dan nasionalisme, disamping
adanya perubahan nilai dan norma yang dianut masyarakat, seperti perubahan dari
spiritualisme ke materialisme/ sekularisme. Pergeseran dari penilaian
yang tinggi kepada moralitas menjadi penilaian yang tinggi kepada penguasaan materi,
dari kelembagaan tradisional menjadi organisasi modern dan rasional. Secara
umum dapat dipahami bahwa pembangunan adalah perubahan sosial, sedangkan
perubahan sosial tidak selalu identik dengan pembangunan. Dalam konteks ini,
pembangunan adalah perubahan yang direncanakan, disengaja dan diinginkan untuk
mencapai tujuan tertentu.
1. Apa
saja indikator kesejahteraan ekonomi dan transformasi sosial.
2. Apa
saja ukuran dari keberhasilan pembangunan.
3. Apa
yang dimaksud dengan transformasi sosial dan kesejahteraan ekonomi.
1. Mengetahui
indikator kesejahteraan ekonomi dan transformasi sosial.
2. Mengetahui
ukuran keberhasilan pembangunan.
3. Mengetahui
transformasi sosial dalam pembangunan.
Pembangunan
pada dasarnya adalah suatu orientasi dan kegiatan usaha yang tanpa akhir.
Artinya juga bisa dikatakan bahwa pembangunan itu sebagai “never ending goal”.
Pembangunan harus dilakukan terus menerus agar kekurangan yang dimiliki suatu daerah
dapat tertutupi oleh pesatnya pembangunan yang berjalan.
Proses
pembangunan, merupakan suatu perubahan sosial budaya. Pembangunan agar menjadi
suatu proses yang dapat bergerak maju atas kekuatan sendiri tergantung kepada
manusia dan struktur sosialnya. Jadi bukan hanya yang dikonsepsikan sebagai
usaha untuk mengejar pertumbuhan ekonomi belaka. Pembangunan tergantung dari
suatu innerwill, proses emansipasi diri dan suatu partisipasi kreatif dari
semua kalangan menuju pada pembaharuan segala aspek.
Setiap
orang bisa saja mengartikan istilah pembangunan secara berbeda sesuai dengan
selera masing-masing, sehingga pada akhirnya definisi tentang pembangunan pun
sedemikian banyak dan berbeda satu sama lain. Oleh karena itu, kita perlu
memastikan terlebih dahulu perspektif inti atas makna dasar pembangunan. Tanpa
adanya suatu perspektif dan kriteria yang dapat disepakati bersama, kita tidak
akan bisa mengetahui mana saja yang telah mengalami pembangunan dan mana yang
tidak.
Hal
ini dimaksudkan agar terdapat satu persepsi yang sama terhadap sesuatu yang
kalau dalam bahasa penelitian ilmiah harus valid dan reliabel. Intinya,
indikator diperlukan agar kita bisa mengukur kejelasan dari pembangunan itu dan
terarah sesuai dengan persepsi yang dianut, kemudian itu menjadi sistem dan
sistem menjadi instrumen kunci dalam pembangunan.
Pembangunan
harus dipandang sebagai suatu proses multidimensional yang mencakup berbagai
perubahan mendasar, struktur sosial, sikap-sikap masyarakat, dan
institusi-institusi sosial, disamping tetap mengejar akselerasi pertumbuhan
ekonomi, penanganan ketimpangan pendapatan serta pengentasan kemiskinan. Pada
hakekatnya, pembangunan itu harus mencerminkan terjadinya perubahan secara
total suatu masyarakat atau penyesuaian system sosial secara keseluruhan, tanpa
mengabaikan keragaman kebutuhan dasar dan keinginan individual maupun
kelompok-kelompok sosial yang ada didalamnya, untuk bergerak maju menuju suatu
kondisi kehidupan yang serba lebih baik.
Pada
umumnya dari draf konsep yang disajikan atau dari kebijakan-kebijakan daerah
yang diteliti, Pembangunan daerah dipusatkan pada pembangunan ekonomi melalui
usaha pertumbuhan ekonomi daerah belaka. Oleh karena itu, tidak salah jika
paradigma tradisional mengenai pola pembangunan cenderung mengidentikkan
pembangunan dengan pertumbuhan ekonomi, lupa akan identitas sosial serta
struktur-struktur yang telah terbangun selama ini. Jauh sebelum bangsa ini
merdeka, leluhur kita sudah hidup dan bisa makan serta kehidupan mereka tidak
ditopang oleh suatu kualifikasi pendidikan yang tinggi dan merata. Artinya,
tatatan kehidupan masyarakat kita sudah memiliki sumber daya baik manusia
maupun alam tanpa harus dimusnahkan tapi konsep pemberdayaan yang perlu
dikembangkan.
Olehnya
itu, pembangunan ekonomi yang dimaksud adalah mengembangkan/ memberdayakan
sumber daya yang telah ada dalam sebuah institusi masyarakat, bukan melepaskan
sturktur-struktur sosial yang telah ada dengan alasan karena kita membangun,
toh akhirnya yang dituju adalah proses peningkatan output jangka panjang dari
warga yang kita bangun dengan varian pola dan kebijakan daerah. Yang dimaksud
dengan proses adalah berlangsungnya kekuatan-kekuatan tertentu yang saling
berkaitan dan mempengaruhi, antara pemerintah dan rakyat atau antar kekuatan
didalam masyarakat itu sendiri.
Dengan
demikian ekonomi pembangunan yang lebih pada memacu pertumbuhan ekonomi,
hendaknya diikuti dengan proses perubahan non ekonomis didalamnya (growth plus
change) misalnya titik orentasi kita adalah pada perubahan struktur ekonomi; dari
pertanian ke industri atau jasa, atau perubahan kelembagaan atau reformasi
kelembagaan, tapi juga harus memberikan perhatian besar kepada formulasi
kebijakan publik yang sebaik-baiknya demi menghadirkan serangkaian transformasi
ekonomi, sosial, dan institusional yang sekiranya dapat berdampak positif
terhadap kondisi masyarakat secara keseluruhan.
Olehnya
itu proses pembangunan yang menuju pada perubahan mendasar dilaksanakan tidak
dilakukan hanya secepat membalik telapak tangan, tetapi dimulai dari proses
yang panjang dan lama sesuai tahapan; jangka pendek (1tahun), jangka menengah
(5tahun) dan jangka panjang (25tahun).
Orentasi
mengejar pertumbuhan ekonomi dengan penekanan pada pendapatan daerah riil (GNP
pada tingkat harga konstan) sekalipun meningkat pada catatan statistik tapi
terkadang tidak diikuti dengan perbaikan kualitas hidup masyarakat atau bahkan
kualitas hidup masyarakat justru menurun. Catatan negatifnya adalah, jika
pertumbuhan penduduk melebihi atau sama dengan pertumbuhan pendapatan daerah
rata-rata maka pendapatan perkapita bisa menurun atau tidak mengalami perubahan
sama sekali, tidak bisa dikatakan naik.
Setiap
orang memiliki keinginan untuk sejahtera, suatu keadaan yang serba baik, atau
suatu kondisi dimana orang-orangnya dalam keadaan makmur, dalam keadaan sehat
dan damai (id.wikipedia.org). Lebih lengkapnya, Kementrian Koordinator
Kesejahteraan Rakyat memberi pengertian sejahtera yaitu suatu kondisi
masyarakat yang telah terpenuhi kebutuhan dasarnya. Kebutuhan dasar tersebut
berupa kecukupan dan mutu pangan, sandang, papan, kesehatan, pendidikan,
lapangan pekerjaan, dan kebutuhan lainnya seperti lingkungan bersih, aman, dan
nyaman. Walaupun sulit diberi pengertian, namun kesejahteraan memiliki beberapa
kata kunci, yaitu terpenuhinya kebutuhan dasar, makmur, sehat, damai dan
selamat, beriman dan bertakwa. Unutk mencapai kesejahteraan itu manusia
melakukan berbagai macam usaha misalnya bidang pertanian, perdagangan,
pendidikan, kesehatan serta keagamaan, pertahanan keamanan dsb.
Kesejahteraan
juga bisa dibedakan menjadi lahiriyah/fisik dan batiniyah. Kesejahteraan yang
bersifat lahir yang biasa dikenal dengan kesejahteraan ekonomi lebih mudah
diukur daripada kesejahteraan batin. Ukuran kesejahteraan ekonomi inipun bisa
dilihat dari dua sisi, yaitu konsumsi dan produksi (skala usaha). Dari sisi konsumsi maka kesejahteraan bisa
diukur dengan cara menghitung seberapa besar pengeluaran yang dilakukan
seseorang atau sebuah keluarga untuk sandang, pangan, papan serta kebutuhan
lainnya dalam waktu atau periode tertentu. Dengan parameter kesejahteraan
seperti itu, kita bisa mengukur diri kita, saudara kita dan masyarakat
disekitar kita. Walaupun tidak mutlak benar. Ukuran ukuran ini bisa membantu
mengukur tingkat keberhasilan kerja pemerintah perusahaan dan sebagainya.
Sedangkan
Transformasi Sosial diartikan sebagai
sebuah pendekatan sistem yang diaplikasikan pada perubahan sosial skala luas
dan upaya-upaya peradilan sosial untuk menganalisis perubahan revolusioner
politis, budaya sosial dan
ekonomi sosial. Dalam
upaya mengintegrasikan dan
mempolitisasi pembangunan individu dan pembangunan sosial sebagai
pendekatan komprehensif menuju perubahan sosial dalam berbagai tingkatan, untuk
mengatasi beragam isu dengan metode holistik
dan tanpa kekerasan,
maka transformasi sosial
dapat diklasifikasikan sebagai pergerakan sosial baru. Transformasi
sosial ini tidak difokuskan pada merespon beragam isu yang beredar di
lingkungan masyarakat, namun pada upaya untuk memberikan pengaruh pada pergerakan sosial tersebut dan
kegiatan yang ada didalamnya. Namun demikian, dengan memperhatikan pemisahan
dan pembebasan dari sistem-sistem yang sifatnya menekan dan merugikan termasuk
di dalamnya merugikan perekonomian, sebagai inti dari tujuan akhir
transformasi sosial tersebut,
maka transformasi sosial
ini bertentangan dengan
berbagai macam definisi yang
meninggikan derajat pergerakan
sosial baru. Sebagai
pendekatan komprehensif terhadap perubahan sosial yang berkembang,
transformasi sosial membedakan eksistensinya dari perubahan sosial konvensional
biasa, keadilan sosial dan praktik-praktik keorganisasian lainnya
melalui pemberian penekanan
pada perubahan yang sifatnya individual, kelembagaan, dan sistemik
sosial yang tidak dapat dilakukan, atau lebih dikenal dengan istilah “perubahan
mendalam.”
2.3 Indikator
Kesejahteraan Ekonomi dan Transformasi Sosial
Ada beberapa indikator dalam berbagai
dimensi pembangunan yang dapat diklasifikasikan menjadi indikator
ekonomi, kesejahteraan sosial dan partisipasi politik atau demokratisasi.
Sejumlah indikator ekonomi yang banyak digunakan oleh lembaga-lembaga
internasional antara lain pendapatan per kapita (GNP atau PDB) dan jumlah
tabungan, sebagai indikator pertumbuhan. Struktur perekonomian dan tingkat
urbanisasi, sebagai indikator diferensiasi sosial-ekonomi. Sedangkan indikator progress,
antara lain, dapat dilihat dalam tingkat pendidikan dan kesehatan.
Masing-masing indikator ini dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Pendapatan Perkapita
Pendapatan
per kapita, baik dalam ukuran GNP maupun PDB merupakan salah satu indikator
makroekonomi yang telah lama digunakan untuk mengukur pertumbuhan ekonomi.
Dalam perspektif makroekonomi, indikator ini dapat menggambarkan kesejahteraan
dan kemakmuran masyarakat dan merupakan bagian kesejahteraan manusia yang dapat
diukur. Pendapatan juga dapat digunakan sebagai data kegiatan ekonomi, terutama
dalam kaitannya dengan produksi barang dan jasa oleh masyarakat dalam suatu
periode tertentu. Selama ini, peningkatan dalam pendapatan nasional telah
menjadi fokus dari pengukuran pembangunan. Badan-badan internasional, seperti
Bank Dunia dan Dana Moneter Internasional telah menggunakannya untuk melihat
dan membandingkan kinerja perekonomian
negara-negara di seluruh dunia. Tampaknya, pendapatan per kapita telah
menjadi indikator makroekonomi yang tidak bisa diabaikan, walaupun memiliki
beberapa kelemahan. Sehingga pertumbuhan
pendapatan nasional, selama ini, telah dijadikan tujuan pembangunan di
negara-negara dunia ketiga. Seolah-olah ada asumsi bahwa kesejahteraan dan
kemakmuran masyarakat secara otomatis ditunjukkan oleh adanya peningkatan
pendapatan nasional (pertumbuhan ekonomi).
Walaupun
demikian, beberapa pakar mengganggap, bahwa penggunaan indikator ini sebagai
tujuan pembangunan telah mengabaikan pola distribusi pendapatan nasional. Dengan kata lain,
indikator ini tidak mengukur distribusi pendapatan dan pemerataan kesejahteraan, termasuk pemerataan akses
terhadap sumber daya ekonomi. Indikator ini tidak dapat menjelaskan situasi
ketimpangan pendapatan dalam sebuah
masyarakat atau bangsa. Sebagai indikator pemerataan, Bank Dunia menggunakan
ukuran 20 persen dari penduduk lapisan paling atas yang dapat menikmati
pendapatan nasional, dibandingkan dengan
20 persen penduduk pada lapisan terbawah. Struktur pendapatan masyarakat
dapat juga diklasifikasikan menjadi tiga kolompok, yaitu 40 persen tingkat
bawah, 40 persen tingkat menengah dan 20 persen tingkat atas. Ketimpangan
pendapatan, misalnya, bisa dilihat pada
angka 20 persen kelompok atas yang menguasai 73.5 persen pendapatan nasioanal
seperti terjadi di Equador pada 1970. Sebaliknya, indikasi pemerataan tampak
lebih baik di Amerika Serikat, dimana 38,8 persen pendapatan nasional
disumbangkan oleh 20 persen kelompok masyarakat tingkat atas, pada tahun yang
sama. Besarnya kelas menengah juga
bisa dilihat dari penguasaan kelas ini terhadap pendapatan nasional. Misalnya,
di Amerika Serikat 41,5 persen (1970) dan Inggris 42,2 persen (1968). Pada
umumnya, ketimpangan pendapatan yang cukup tajam lebih banyak ditemukan di
negara-negara miskin.
Indeks ini juga digunakan untuk mengukur distribusi
pendapatan dalam sebuah negara/masyarakat. Penggunaan index dan ukuran
pemerataan kesejahteraan perlu dipertimbangkan, karena menurut para ahli, pada
awal terjadinya pertumbuhan ekonomi di negara-negara miskin, tidak akan
memperbaiki status kaum miskin. Pada tahap awal pembangunan, yang akan memperoleh
keuntungan dan menikmati hasil-hasilnya
adalah mereka yang berada dalam kelompok berpenghasilan tinggi dan menengah. Sedangkan mereka yang di
dalam kelompok berpenghasilan rendah akan tetap tertinggal sampai pada tahap
pembangunan tertentu dalam waktu yang cukup lama.
b. Struktur Ekonomi
Telah menjadi asumsi bahwa peningkatan pendapatan per
kapita akan mencerminkan transformasi struktural dalam bidang ekonomi dan
kelas-kelas sosial. Dengan adanya perkembangan ekonomi dan peningkatan
pendapatan per kapita, kontribusi sektor manufaktur/industri dan jasa terhadap
pendapatan nasional akan meningkat terus. Perkembangan sektor industri dan
perbaikan tingkat upah akan meningkatkan permintaan atas barang-barang
industri, yang akan diikuti oleh perkembangan investasi dan perluasan
penyerapan angkatan kerja. Di lain
pihak, kontribisi sektor pertanian terhadap pendapatan nasional akan
semakin menurun. Angkatan kerja sektoral juga akan mengalami
transformasi sesuai dengan perkembangan industrialisasi. Pada tahap awal
pembangunan, proporsi terbesar angkatan kerja adalah di sektor pertanian,
kemudian diikuti oleh sektor-sektor industri/manufaktur dan jasa. Pada tahap
berikutnya, angakatan kerja akan terkonsentrasi di sektor industri. Terjadinya
proses industrialisasi dapat dilihat dari perubahan yang dialami oleh tiga
sektor utama ekonomi, yaitu sektor primer (pertanian), sekunder (industri) dan
tersier (jasa). Sebuah negara bisa dikatakan negara industri apabila proporsi
sektor primer di dalam pendapatan nasional kurang dari 15 persen dan proporsi
angkatan kerja di sektor ini tidak lebih dari 20 persen. Sedangkan proporsi
penduduk perkotaan (urban) diatas 60 persen.
c. Urbanisasi
Urbanisasi dapat diartikan sebagai meningkatnya proporsi
penduduk yang bermukim di wilayah perkotaan dibandingkan dengan di pedesaan.
Urbanisasi dikatakan tidak terjadi, apabila pertumbuhan penduduk di wilayah
urban sama dengan nol. Sesuai dengan pengalaman industrialisasi di
negara-negara Eropa Barat dan Amerika Utara, maka proporsi penduduk
di wilayah urban berbanding lurus dengan proses industrialisasi. Ini berarti
bahwa kecepatan urbanisasi akan semakin tinggi sesuai dengan cepatnya proses
industrialisasi. Di negara-negara industri, sebagian besar penduduk tinggal di
wilayah perkotaan; sedangkan di negara-negara yang sedang berkembang proporsi
terbesar tinggal di wilayah pedesaan. Berdasarkan kepada fenomena ini, maka
urbanisasi telah digunakan sebagai salah satu indikator pembangunan.
Negara-negara dengan tingkat urbanisasi yang tinggi akan
memiliki pertumbuhan yang rendah. Sedangkan negara-negara dengan tingkat
urbanisasi yang masih rendah, biasanya memiliki tingkat pertumbuhan yang lebih
tinggi. Misalnya, pertumbuhan penduduk urban di Amerika Serikat dan Inggris,
dengan tingkat urbanisasi yang telah mencapai 77 dan 89 persen, lebih rendah
dari yang terjadi di negara-negara dunia ketiga. Secara demografis, pertumbuhan
penduduk wilayah urban, bisa disebabkan oleh beberapa faktor. Antara lain
perpindahan penduduk desa ke kota, angka kelahiran yang lebih tinggi dan angka
kematian yang lebih rendah dari pada di desa,
sehingga pertumbuhan alami menjadi lebih besar. Peristiwa migrasi
masyarakat desa ke kota karena industrialisasi dapat memberikan kontribusi yang
cukup berarti terhadap tingginya angka urbanisasi.
c. Angka Tabungan
Perkembangan
sektor manufaktur/industri selama tahap industrialisasi memerlukan
investasi dan modal. Financial capital merupakan faktor utama dalam proses
industrialisasi dalam sebuah masyarakat, sebagaimana terjadi di Inggris dan Eropa pada umumnya pada awal
pertumbuhan kapitalisme yang disusul oleh revolusi industri. Dalam masyarakat
yang memiliki produktifitas yang tinggi, modal usaha ini dapat dihimpun melalui
tabungan, baik swasta maupun pemerintah. Sejarah perkembangan ekonomi di Eropa
menunjukkan bahwa sektor primer telah berhasil menciptakan surplus yang
merupakann awal dari proses pembentukan modal (capital formation). Investasi,
baik untuk industrialisasi maupun perdaganagan bisa didukung oleh ketersediaan
modal yang dibentuk oleh surplus dan tabungan masyarakat. Dengan
demikian, jumlah tabungan masyarakat
(domestic saving) dapat dijadikan salah satu indikator pembangunan. Misalnya,
angka tabungan di Indonesia selama periode 1989-1993 adalah 23,9 persen dari
PDB.
d. Indeks Kualitas Hidup (IKH)
IKH atau Physical Quality of Life Index (PQLI)
digunakan untuk mengukur kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat. Indeks ini
dibuat karena apabila hanya indikator
makroekonomi digunakan dalam mengukur keberhasilan ekonomi, maka ia tidak dapat
memberikan gambaran tentang kesejahteraan masyarakat. Misalnya, pendapatan
nasional sebuah bangsa dapat tumbuh
terus, tetapi tanpa diikuti oleh peningkatan kesejahteraan sosial. Indeks ini
dihitung berdasarkan kepada (1) angka
rata-rata harapan hidup pada umur satu tahun, (2) angka kematian bayi, dan (3)
angka melek huruf. Dalam indeks ini, angka rata-rata harapan hidup dan kematian
bayi akan dapat menggambarkan status gizi anak dan ibu, derajat kesehatan, dan
lingkungan keluarga yang langsung
berasosiasi denga kesejahteraan keluarga. Pendidikan yang diukur dengan angka
melek huruf, dapat menggambarkan jumlah orang yang memperoleh akses pendidikan sebagai hasil
pembangunan. Seperti dikemukakan diatas, variabel ini menggambarkan
kesejahteraan masyarakat, karena tingginya status ekonomi keluarga akan
mempengaruhi status pendidikan para anggotanya. Oleh para pembuatnya,
index ini dianggap sebagai yang paling
baik untuk mengukur kualitas manusia sebagai hasil dari pembangunan, disamping pendapatan per kapita
sebagai ukuran kuantitas manusia.
e. Indeks Pembangunan Manusia (Human Development
Index)
The United Nations Development Program (UNDP) telah
membuat indikator pembangunan yang lain, sebagai tambahan untuk beberapa
indikator yang telah ada. Ide dasar yang melandasi dibuatnya index ini adalah
pentingnya memperhatikan kualitas sumber
daya manusia. Menurut UNDP, pembangunan hendaknya ditujukan kepada pengembangan
sumber daya manusia. Dalam pemahaman ini, pembangunan dapat diartikan sebagai
sebuah proses yang bertujuan untuk mengembangkan pilihan-pilihan yang dapat
dilakukan oleh manusia. Hal ini didasarkan kepada asumsi bahwa peningkatan
kualitas sumber daya manusia akan diikuti oleh terbukanya berbagai pilihan dan
peluang untuk menentukan jalan hidup
manusia secara bebas. Pertumbuhan ekonomi dianggap sebagai faktor penting di
dalam kehidupan manusia, tetapi tidak secara otomatis akan mempengaruhi
peningkatan martabat dan harkat manusia. Dalam hubungan ini, ada tiga komponen
yang dianggap sangat menentukan dalam pembangunan yaitu umur panjang dan sehat,
perolehan dan pengembangan pengetahuan,
dan peningkatan terhadap akses untuk kehidupan yang lebih baik. Index ini
dibuat dengan mengkombinasikan tiga
komponen, yaitu :
(1) rata-rata harapan hidup pada saat lahir,
(2) rata-rata pencapaian pendidikan tingkat SD, SMP,
dan SMU, dan
(3) pendapatan
per kapita yang dihitung berdasarkan Purchasing Power Parity.
Pengembangan manusia berkaitan erat dengan peningkatan
kapabilitas manusia yang dapat dirangkum dalam peningkatan Knowledge, Attitude
dan Skills, disamping derajat kesehatan seluruh anggota keluarga dan
lingkungannya.
Di
Indonesia, beberapa jenis ukuran keberhasilan pembangunan yang banyak digunakan
adalah:
1)
Berdasarkan pendapatan
dan nilai produksi, seperti: PDB, pertumbuhan ekonomi, pendapatan perkapita,
dan distribusi pendapatan.
2)
Berdasarkan investasi:
tingkat investasi, jumlah PMA (Penanaman Modal Asing) dan PMDN (Penanaman Modal
Dalam Negeri), dan jumlah FDI (Foreign Direct Investment) yaitu investasi
langsung oleh pihak asing.
3)
Berdasarkan kemiskinan
dan pengentasannya: jumlah penduduk miskin, garis kemiskinan Sayogyo yang
diadopsi oleh BPS (setara beras 320 kg di desa dan 480 di kota), tingkat
kecukupan pangan (2100 kilokalori intake), tingkat kecukupan 52 jenis komoditas
pangan, tingkat pemenuhan kebutuhan dasar sembilan bahan pokok (BPN), Poverty
Gap dan Severity Index, serta metode RAO (16 kg beras dikali 1,25 kemudian
dibagi dengan rata-rata rasio pangan terhadap pengeluaran total).
4)
Berdasarkan keadaan
sosial kemasyarakatan dan kelestarian lingkungan: tingkat pendidikan (untuk
berbagai level dan kombinasinya), tingkat kesehatan (meliputi kesehatan ibu dan
anak dan akses kepada fasilitas hidup yang sehat), tingkat dan kualitas lingkungan
(meliputi tingkat pencemaran berbagai aspek, tingkat keruasakan hutan, tingkat
degradasi lahan dan seterusnya.
Proses
pembangunan, merupakan suatu perubahan sosial budaya. Pembangunan agar menjadi
suatu proses yang dapat bergerak maju atas kekuatan sendiri tergantung kepada
manusia dan struktur sosialnya. Jadi bukan hanya yang dikonsepsikan sebagai
usaha untuk mengejar pertumbuhan ekonomi belaka. Pembangunan tergantung dari
suatu innerwill, proses emansipasi diri dan suatu partisipasi kreatif dari
semua kalangan menuju pada pembaharuan segala aspek.
Indikator
keberhasilan pembangunan adalah semakin meningkatnya kesejahteraan penduduk
daerah yang bersangkutan. Dengan semakin meningkatnya pemerataan kesejahteraan penduduk
menyebabkan tingkat kemiskinan dan pengangguran dapat diminimalisir dari daerah
yang bersangkutan.
Pembangunan
ekonomi adalah mengembangkan/ memberdayakan sumber daya yang telah ada dalam
sebuah institusi masyarakat, bukan melepaskan sturktur-struktur sosial yang
telah ada dengan alasan karena kita membangun, dan pada akhirnya yang dituju
adalah proses peningkatan output jangka panjang dari warga yang kita bangun
dengan varian pola dan kebijakan daerah
Ukuran
kesejahteraan ekonomi inipun bisa dilihat dari dua sisi, yaitu konsumsi dan
produksi (skala usaha). Dari sisi
konsumsi maka kesejahteraan bisa diukur dengan cara menghitung seberapa besar
pengeluaran yang dilakukan seseorang atau sebuah keluarga untuk sandang,
pangan, papan serta kebutuhan lainnya dalam waktu atau periode tertentu
Transformasi Sosial diartikan sebagai sebuah pendekatan
sistem yang diaplikasikan pada perubahan sosial skala luas dan upaya-upaya
peradilan sosial untuk menganalisis perubahan revolusioner politis, budaya sosial
dan ekonomi sosial.
Sejumlah indikator ekonomi yang
banyak digunakan oleh lembaga-lembaga internasional antara lain pendapatan per
kapita (GNP atau PDB) dan jumlah tabungan, sebagai indikator pertumbuhan.
Struktur perekonomian dan tingkat urbanisasi, sebagai indikator diferensiasi
sosial-ekonomi. Sedangkan indikator progress, antara lain, dapat dilihat
dalam tingkat pendidikan dan kesehatan.
3.2 Saran
Penulis
menyarankan apabila Negara ingin membangun kesejahteraan ekonomiyang lebih
baik maka Negara harus mampu memilih
strategi yang tepat dan sesuai dengan situasi dan kondisi Negara yang
bersangkutan. Sehingga nantinya Tranformasi Sosial dapat dikatakan baik atau
berhasil dalam upaya pembangunan berkelanjutan. Jangan sampai pemilihan strategi yang dipilih malah
menimbulkan dampak negative
http://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=11&cad=rja&uact=8&ved=0CBoQFjAAOAo&url=http%3A%2F%2Fpse.litbang.pertanian.
http://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=12&cad=rja&uact=8&ved=0CCEQFjABOAo&url=http%3A%2F%2Fstaff.uny.ac.id%2Fsites%2Fdefault%2Ffiles%2Fpendidikan%2FMustofa%2C%2520S.Pd.%2CM.Sc.%2FMATERI%2520EKONOMIKA%2520PEMBANGUNAN.pdf&ei=prRUVZG1OtSXuATr24OIBQ&usg=AFQjCNGTavr5AJAkUPUEMZFpu5YJjQ9Bbg&bvm=bv.93112503,d.c2E
http://journal.ui.ac.id/index.php/jsm/article/view/3735/2974
http://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=22&cad=rja&uact=8&ved=0CCIQFjABOBQ&url=http%3A%2F%2Fdigilib.upi.edu%2Fadministrator%2Ffulltext%2Fd_ips_9233088_tjahya_supriatna_chapter2a.pdf&ei=9bRUVfeKOdSGuATe4GwBw&usg=AFQjCNGTgmO0dkHrsa7NHSjDnLn5SPIA4Q&bvm=bv.93112503,d.c2E
http://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=23&cad=rja&uact=8&ved=0CCcQFjACOBQ&url=http%3A%2F%2Fwww.bppk.depkeu.go.id%2Fbdpimmagelang%2Fimages%2Funduh%2Fkonsep%2520da%2520ikdikator%2520pembangunan.ppt&ei=9bRUVfeKOdSGuATe4GwBw&usg=AFQjCNElGIEtqEcGzl6AHfPAAhCANSjeMA&bvm=bv.93112503,d.c2E
http://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=24&cad=rja&uact=8&ved=0CC0QFjADOBQ&url=http%3A%2F%2Fwww.conservation.org%2Fglobal%2Findonesia%2Ftentang%2FDocuments%2Fmasyarakat_madani.pdf&ei=9bRUVfeKOdSGuATe4GwBw&usg=AFQjCNHpclcBL0kpimtmU-zuCL8IJ1BFsQ&bvm=bv.93112503,d.c2E